Selasa, 12 Februari 2008

Warta Tsunami Aceh


Pagi itu tak ada tanda. Kabar berita. Kala cuaca tampak cerah bersahaja. Orang-orang sibuk bersama aktivitasnya. Anak-anak bermain seperti biasa. Hiruk-pikuk tidak merubah rana liburan minggu, serambi mekah. Tiba-tiba pukul 10.00., gelombang datang, Semua dilahap; manusia, rumah, sekolah, tempat ibadah, perkantoran, mobil, dan jutaan harta. Panik sekam lahir. Ketakutan seketika hadir. Air bah tumpah dari lautan Samudera Hindia, satu jam selang bumi bergunjang. Suasana indah berubah kelam panorama tenggelam. Riuh tangis mengais sendu, tubuh mati terkapar menghampar, menyentuh kalbu sejengkal daratan. Meulaboh, Tapak tuan, Lamno, Lhoknga, Banda, dan sekitarnya.

Tak satupun materi tersisah, hanyalah sehelai kain penutup tubuh yang membasah. Daratan berubah lautan, terjang pasang masuk sejauh 10 kilometer, berdiri tegak setinggi pohon nyiur melambai, ubah bangunan berkeping-keping, di ufuk barat tanah rencong. Pergulatan senjata hening sejenak, kini tinggal doa terhasratkan, menengadahkan tangan memohon sentuh langit, memanjatkan perang saudara berakhir, bersama impian akan rindu kedamaian. ( Feature ) Baim*.

Tidak ada komentar: